06 March 2018

Hakikat Lailahaillallah Muhammadurrasulullah – لا اله الا الله محمد رسول الله

Hakikat Lailahaillallah Muhammadurrasulullah – لا اله الا الله محمد رسول الله


Sebagai kaum muslim kita sering melafadzkan kalimat لا اله الا الله محمد رسول الله (laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah) atau yang lebih dikenal dengann kalimat tauhid. Tapi selama ini kita hanya sebatas melafadzkannya dengan lisan tanpa dibarengi dengan kamantapan hati serta pengetahuan tentang makna dan hakekat kalimat tersebut. Padahal kalimat tauhid mengandung makna yang sangat dalam dan memberikan pengaruh yang luas bagi kehidupan manusia di dunia ini.
Kalimat laa ilaaha illallah terdiri atas nafyu “laa ilaaha” dan itsbat “illallah”. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Artinya seorang muslim tidak boleh hanya melafadzkan nafyu-nya tanpa itsbat atau sebaliknya hanya meng-itsbat-kan tanpa me-nafyi-kan.
Kalimat tauhid harus merupakan perkataan hati dan sekaligus perkataan lidah. Perkataan hati mencakup pengetahuan mengenai kalimat itu dan pembenarannya, mengetahui sebenar-benarnya apa yang dikandungya berupa penafsiaran dan penetapan, mengetahui hakekat sesembahan yang dinafikan selain Allah, mengetahui sesembahan yang dikhususkan kepada-Nya, dan yang lainnya mustahil ditetapkan sebagai sesembahan. Menerapkan pengertian ini dengan melibatkan hati sanubari yang didasari pengetahuan, ma’rifat, keyakinan dan kondisi adalah merupakan syarat diharamkannya neraka bagi orang yang mengatakannya. Di dalam shahih Muslim disebutkan sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah serta mengkufuri apa yang disembah selain Allah, maka diharamkan harta dan darahnya sedang perhitungannya ada pada Allah.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Hakekat laa ilaaha illallah adalah tidak ada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati kecuali dalam kecintaan kepada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan tak akan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan selain-Nya, sedangkan Muhammad Rasulullah adalah secara murni mengerjakan apa yang beliau perintahkan dan menahan dari apa yang dilarang dan dicegah beliau.”
Sedangkan Ibnu Qoyyim berpendapat: “Tauhid bukan sekedar pernyataan seseorang hamba bahwa tiada pencipta selain Allah, Allah adalah Rabb dan penguasa segala sesuatu, sebagaimana orang-orang yang menyembah berhala juga menyatakan seperti itu, tetapi tetap dalam kemusyrikan. Tauhid mengandung kecintaan kepada Allah, tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya, patuh sebenar-benarnya untuk taat kepada-Nya, memurnikan ibadah kepada-Nya, menghendaki pertemuan dengan wajah-Nya Yang Maha Tinggi dengan segenap perkataan dan perbuatan, memberi dan menahan, mencinta dan marah karena-Nya, serta menghindarkan diri dari segala sesuatu yang menyeret kepada kedurhakaan kepada-Nya. Barangsiapa mengetahui hal itu tentua mengetahui sabda Nabi: “Sesungguhya Allah mengharamkan api neraka atas orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah karena dengan ucapannya itu ia mengharap pertemuan dengan wajah-Nya.” Dan juga sabdanya: “Tidak masuk neraka orang yang mengatakan laa ilaaha illallah.”
Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan: “Inilah penjelasan yang paling penting tentang makna laa ilaaha illallah. Sekedar ucapan tauhid ini saja belum mampu menjaga darah dan harta, bahkan juga tidak hanya sebatas pada penetapannya saja, tidak terbatas pada perbuatannya yang tidak berdo’a kecuali kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya. Harta dan darahnya tidak diharamkan bila seseorang menambahi kekufurannya dengan sesuatu yang disembah selain Allah. Andaikata ia bimbang dan ragu-ragu tentang kalimat ini, maka darah dan hartanya tidak diharamkan. “
Lebih lanjut lagi Muhammad bin Wahab menjelaskan kalimat tauhid mempunyai kepentingan membebaskan manusia dari penyembahan sebagian diantara manusia terhadap sebagian yang lain kepada penyembahan Dzat Yang Maha Esa dan Yang Maha Kuasa. Taqwa menjadi ukuran dan kebanggaan yang selalu diharapkan manusia, bukan tradisi jahiliyah yang diwariskan bapak dan nenek moyang kepada anak-anaknya. Maka setiap muslim yang benar-benar dalam keislamannya akan memperoleh kebebasan menyelami kalimat ini, sehingga ia termasuk orang yang menyembah Allah berdasarkan pengetahuan, kepandaian dan keyakinan.
Pengaruh Kalimat laa ilaaha illallah dalam Kehidupan Manusia
Seperti halnya shalat, kalimat tauhid juga memberikan pengaruh pada diri seorang muslim dalam kehidupannya. Al-Maududi menyebutkan ada sembilan pengaruh kalimat laa ilaaha illallah dalam kehidupan manusia:
Pertama, dengan kalimat ini pandangan seorang muslim tidak menjadi sempit, berbeda dengan orang yang mengakui banyak sesembahan, terlebih lagi bagi yang mengingkari-Nya.
Kedua, menumbuhkan kehormatan dan harga diri yang tidak bisa diperbuat oleh sesuatu yang lain.
Ketiga, menumbuhkan sikap tawadhu’ tanpa menghinakan dan rendah hati tanpa menyombongkan diri.
Keempat, seorag mukmin akan mengetahui secara yakin, tiada jalan keselamatan dan keberuntungan kecuali dengan menyucikan diri dan beramal sholeh.
Kelima, tidak tersusupi rasa putus asa, sebab ia yakin Allah mempunyai simpanan di langit dan di bumi.
Keenam, menunjukkan manusia kepada kekuatan besar berupa ambisi, keberanian, sabar, keteguhan hati, dan tawakkal ketika mengemban urusan-urusan penting karena mengharap ridha Allah, dan juga merasakan satu kekuatan yang menguasai langit dan bumi.
Ketujuh, menggerakkan keberanian pada manusia dan mengisi hati dengan semangat. Karena yang membuat manusia menjadi takut dan melemahkan ambisinya ada dua hal, yaitu; kecintaan terhadap dirinya sendiri, harta dan keluarga serta keyakinannya bahwa disana ada seseorang selain Allah yang dapat mematikan manusia.
Kedelapan, mengangkat kemampuan manusia, menumbuhkan ketinggian, kepuasan dan kecukupan, membersihkan hati dari noda-noda kerakusan, tamak, dengki, rendah diri, suka mencela dan sifat-sifat kurang baik lainnya.
Kesembilan, iman kepada laa ilaaha illallah menjadikan seorang mukmin selalu terkait dengan syari’at Allah dan sekaligus menjaganya.
Ibnu Rajab menyebutkan tentang keutamaan-keutamaan kalimat tauhid: “Allah tidak melimpahkan kenikmatan kepada seorang hamba lebih besar daripada memberinya pengetahuan tentang laa ilaaha illallah. Kalimat ini bagi para penghuni surga bagaikan air dingin bagi para penduduk dunia. Karenanya disediakan daruts-tsawab dan darul iqab. Karenanya pula para rasul diperintahkan berjihad. Maka barangsiapa yang menyatakannya, harta dan darahnya terjaga. Dan barangsiapa yang tidak mau mengatakannya, harta dan darahnya dihalalkan. Kalimat ini merupakan kunci surga dan kunci dakwah para rasul.”
Maka dari itu, megapa Allah menjadikan kalimat tauhid sebagai rukun Islam yang pertama dan yang terpenting dalam Islam? Yaitu untuk menjadikan seseorang manusia sebagai muslim. Yang dimaksudkan muslim adalah hamba yang taat dan tunduk kepada Allah. Seseorang tidak bisa disebut hamba Allah kecuali ia benar-benar beriman dari hatinya bahwa tidak ada illah selain Allah. Karena kita akan menjadi muslim sejati dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya jika kita sudah memiliki keyakinan yang kuat tentang kebenaran-kebenaran Islam yang dimulai dari rukunnya yang pertama. Wallahu a’lam bishshowab.

No comments: