01 December 2011

Pembatal–Pembatal Keislaman

Jumat, 25 Nopember 2011 21:58:06 WIB
Kategori : Kitab : Aqidah (Syarah)

Imam asy-Syaukani (Muhammad bin ‘Ali asy-Syaukani, hidup tahun 1173-1250 H) rahimahullah berkata: “Menghukumi seorang Muslim keluar dari agama Islam dan masuk dalam kekufuran tidak layak dilakukan oleh seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, melainkan dengan bukti dan keterangan yang sangat jelas -lebih jelas daripada terangnya sinar matahari di siang hari-. Karena sesungguhnya telah ada hadits-hadits yang shahih yang diriwayatkan dari beberapa Sahabat, bahwa apabila seseorang berkata kepada saudaranya: ‘Wahai kafir,’ maka (ucapan itu) akan kembali kepada salah seorang dari keduanya. Dan pada lafazh lain dalam Shahiihul Bukhari dan Shahiih Muslim dan selain keduanya disebutkan, ‘Barangsiapa yang memanggil seseorang dengan kekufuran, atau berkata musuh Allah padahal ia tidak demikian maka akan kembali kepadanya.’ Hadits-hadits tersebut menunjukkan tentang besarnya ancaman dan nasihat yang besar, agar kita tidak terburu-buru dalam masalah kafir mengkafirkan.” Pembatal-pembatal keislaman yang disebutkan di atas adalah hukum yang bersifat umum. Maka, tidak diperbolehkan bagi seseorang tergesa-gesa dalam menetapkan bahwa orang yang melakukannya langsung keluar dari Islam. Sebagaimana Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Sesungguhnya pengkafiran secara umum sama dengan ancaman secara umum. Wajib bagi kita untuk berpegang kepada kemutlakan dan keumumannya.

Nifaq; Definisi Dan Jenisnya

Jumat, 25 Nopember 2011 11:01:17 WIB
Kategori : Kitab : Aqidah (Syarah)

Nifaq I’tiqadi (Keyakinan) : Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku nifaq ini dengan ber-bagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafiq jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa hidup bersama ummat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang munafiq menampakkan keimanannya kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Hari Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat macam, yaitu: Pertama : Mendustakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa. Kedua : Membenci Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau bawa. Ketiga : Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam. Keempat : Tidak senang dengan kemenangan Islam.

Shalat-Shalat Sunnah

Rabu, 9 Nopember 2011 21:47:59 WIB
Kategori : Alwajiz : Shalat Sunnah

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka beruntung dan selamatlah dia. Namun, jika rusak, maka merugi dan celakalah dia. Jika dalam shalat wajibnya ada yang kurang, maka Rabb Yang Mahasuci dan Mahamulia berkata, ‘Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Jika ia memiliki shalat sunnah maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Kemudian dihisablah seluruh amalan wajibnya sebagaimana tadi.” Dari Jabir, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian telah menunaikan shalat di masjidnya, maka hendaklah ia memberi jatah shalat bagi rumahnya. Karena sesungguhnya Allah menjadikan cahaya dalam rumahnya melalui shalatnya.” Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Kerjakanlah shalat (sunnah) di rumah kalian. Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dikerjakan di rumahnya kecuali shalat wajib.” Shalat sunnah ada dua bagian: Muthlaqah dan Muqayyadah Muthlaqah adalah yang dikenal dengan sunnah rawatib, yaitu yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat wajib. Ia terdiri dari dua bagian: muakkadah (yang ditekankan) dan ghairu muakkadah (tidak ditekankan).

Shalat Sunnah Witir

Rabu, 9 Nopember 2011 17:04:59 WIB
Kategori : Alwajiz : Shalat Sunnah

Juga dari ‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat malam sebanyak tiga belas raka’at. Beliau berwitir dengan lima raka’at dan tidak duduk kecuali pada raka’at terakhir.” Darinya juga, ia berkata, “Kami biasa menyiapkan siwak dan air wudhu' untuk beliau. Lalu Allah membangunkan beliau pada malam hari sesuai dengan kehendak-Nya. Lalu beliau bersiwak dan berwudhu'. Kemudian beliau shalat sembilan raka’at. Beliau tidak duduk kecuali pada raka’at kedelapan. Beliau berdzikir kepada Allah, memuji, dan berdo’a kepada-Nya. Setelah itu bangkit dan tidak salam. Lalu beliau berdiri dan mengerjakan raka’at yang kesembilan. Kemudian beliau duduk sambil berdzikir kepada Allah, memuji, dan berdo’a kepada-Nya. Lantas beliau mengucap salam dan memperdengarkannya kepada kami. Setelah itu beliau shalat dua raka’at sesudah salam sambil duduk. Itulah berjumlah sebelas raka’at, wahai anakku. Tatkala Nabiyyullah Shallallahu 'alaihi wa sallam semakin tua dan gemuk, beliau berwitir dengan tujuh raka’at. Lalu beliau mengerjakan shalat dua raka’at sebagaimana yang pertama. Itu semua berjumlah sembilan raka’at, wahai anakku.”

Qiyamul Lail (Shalat Malam)

Rabu, 9 Nopember 2011 14:45:55 WIB
Kategori : Alwajiz : Shalat Sunnah

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, “Pada suatu malam, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di masjid. Lalu orang-orang shalat dengan shalat beliau. Pada malam berikutnya beliau shalat lagi dan orang-orang kian bertambah banyak. Mereka kemudian berkumpul pada malam ketiga atau keempat, namun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak keluar menemui mereka. Ketika pagi tiba, beliau bersabda: ‘Aku melihat apa yang kalian perbuat. Tidak ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian. Hanya saja aku takut jika shalat tersebut diwajibkan atas kalian.’ Saat itu pada bulan Ramadhan.” Dari ‘Abdurrahman al-Qari, ia berkata, “Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku keluar bersama 'Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu menuju masjid. Ternyata orang-orang terpecah menjadi beberapa kelompok. Ada seorang laki-laki yang shalat sendirian, dan ada pula yang shalat dengan diikuti oleh beberapa orang. Lalu ‘Umar berkata, “Aku berpendapat, seandainya kukumpulkan mereka di bawah satu qari' (imam), tentulah akan lebih baik. Kemudian dia membulatkan tekadnya dan mengumpulkan mereka di bawah Ubay bin Ka'b. Pada suatu malam yang lain aku keluar bersamanya sedangkan orang-orang tengah shalat bersama imam mereka. ‘Umar berkata, ‘Ini adalah sebaik-baik bid’ah (perkara yang baru)

Berdialog Dengan Teroris (Belajar Dari Pengalaman Arab Saudi Dalam Menumpas Terorisme)

Senin, 10 Oktober 2011 10:24:23 WIB
Kategori : Al-Masaa'il : Terorisme

Seperti Indonesia, Arab Saudi adalah salah satu negara yang paling banyak dibicarakan saat orang membahas terorisme. Berita kematian Usamah bin Laden akhir-akhir ini juga membuat Arab Saudi kembali dibicarakan. Sebelumnya, banyak sekali peristiwa seputar terorisme yang telah terjadi di negeri yang membawahi dua kota suci umat Islam ini. Dalam banyak kasus terorisme di Indonesia, ditemukan banyak pelaku teror yang sebelumnya pernah menjadi terpidana kasus terorisme. Setelah di penjara dan menjalani hukuman, mereka tidak insaf, namun tetap memegangi pemikiran dan perilaku mereka semula. Terlepas dari faktor hidayah, hal tersebut sangat mungkin karena penanganan yang salah atau tidak optimal. Kesalahan pemikiran yang mereka miliki termasuk dalam kategori syubhat, sehingga hukuman fisik yang mereka dapatkan di penjara, atau hukuman sosial berupa pandangan miring masyarakat tidak lantas membuat mereka jera dan insaf. Mereka menganggap aksi mereka sebagai ibadah (jihad) yang mendekatkan diri mereka kepada Allâh Azza wa Jalla dan hukuman yang mereka dapatkan di dunia adalah konsekuensi ketaatan yang semakin menambah pundi-pundi pahala mereka. Kondisi seperti ini menuntut pemerintah dan ulama Ahlus Sunnah untuk memikirkan solusi yang lebih baik, agar gerakan terorisme bisa ditekan dengan lebih optimal. Tulisan singkat ini menyuguhkan sebuah solusi yang telah terbukti mujarab menekan pemikiran dan aksi terorisme berdasarkan pengalaman Kerajaan Arab Saudi.

First Prev 1 2 3 4 5 6 Next Last

[DOA] setelah shalat faRdhu


[DOA] setelah shalat faRdhu

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al Ahzab, 33 : 42-43)

1. Apabila Rasulullah SAW berpaling dari shalatnya, maka beliau :
a. Membaca Istighfar 3 X
b. Membaca dzikir berikut :

اللهم أنت السـلام ومنك السلام تباركت يا ذاالجلال ولإكرام

Allohumma antassalam, waminkassalam, tabarokta yaa dzaljalali wal ikraam

“Ya Allah, Engkaulah Salam, dan daripada-Mu kesejahteraan, serta Maha Besar kebaikan-Mu, ya Allah yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan.” (H.R. Jamaah selain Bukhary)

2. Rasulullah s.a.w bersabda: Kamu bertasbih سُبْحَانَ اللهُ bertakbir اللهُ أَكبرُ dan bertahmid الحمدُ لِاللهُِ setiap kali setelah selesai dari sembahyang sebanyak tiga puluh tiga kali (H.R. Bukhari-Muslim)

3. “Barangsiapa setiap selesai shalat membaca Tasbih 33 kali, membaca tahmid 33 kali, takbir 33 kali hingga jumlahnya 99, lalu mencukupkan dengan bacaan:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa Ilaaha Illalloh wahdahu laasyariikalah lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir

Maka diampunilah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan sekalipun (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Daud)

4. Berdoa Setelah Dzikir
Ada banyak sekali doa-doa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan semua doa itu sangat baik untuk dibaca setiap selesai shalat. Namun di sini hanya akan dituliskan beberapa doa saja.

اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

“Ya Allah! Tidak ada siapa yang boleh menghalangi apa yang Engkau berikan, tidak ada siapa yang dapat memberi apa yang Engkau tegah dan tiada siapa yang berkuasa memberikan manfaat selain daripadaMu” (H.R. Bukhari-Muslim)

اللهم أعني على ذكرك وشكرك و حـسن عبادتك

“Ya Allah, bantulah saya untuk senantiasa berdzikir kepada-Mu, senantiasa mensyukuri ni’mat-Mu dan senantiasa membaguskan ibadah kepada-Mu.” (H.R. Ahmad, Abu Daud dan Nasai)

اللهم أجرني من النار

(7x)
“Ya Allah, lindungilah aku daripada api neraka) dibaca 7 kali tiap ba’da shalat (Maghrib dan Shubu) (H.R. Muslim)


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أرد إلى أرذل العمر
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدنباَ وَأَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan aku berlindung kepada-Mu dari mencapai umur yang suburuk-buruknya (kepikunan) dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.” (H.R. Bukhari dan Tirmidzy)

اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا واسعا وعملا متقبلا

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar diberi ilmu yang manfaat, rezeki yang luas, dan amalan yang diterima.” (H.R. Ahmad, Ibnu Syaibah, dan Ibnu Majah)

Adab-adab Berdoa Di sekitar Shalat Fardhu
a) Berdoa dengan perut yang diisi dengan yang halal (H.R. Ibnu Mardawaih)
b) Menghadap kiblat (H.R. Al-Bukhary)
c) Memperhatikan saat yang tepat untuk berdoa, seperti di tengah malam dan sehabis shalat fardhu (H.R. Turmudzy) (Lihat Bab Awal buku ini)
d) Mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu (H.R. Abu Daud)
e) Memulai dengan istighfar, memuji Allah, dan membaca shalawat (H.R. Muslim, Abu Daud, Turmudzy, dll)
f) Harus ada sikap tawadhu’ (rendah hati) dan tadharru’ (rendah diri) dan rasa takut (Q.S. 7: 205)

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf : 205)

g) Menyederhanakan suara, antara bisik-bisik dengan suara keras (Q.S. 17 : 110)
Firman Allah :

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

“Janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”

h) Tidak berdoa untuk keburukan atau memutus tali silaturahmi (H.R. Ahmad)
i) Tidak terburu-buru, maka doanya tidak akan dikabulkan. Terburu-buru maksudnya, belum waktunya dikabulkan lalu berkata : “Saya sudah berdoa terus tetapi belum dikabulkan”.
j) Berdoa tidak boleh setengah hati dan berkata kepada Allah : “Sekiranya Engkau mengendaki/sekiranya Engkau mau………….” (H.R. Abu Daud)
k) Memilih kalimat-kalimat yang luas maknanya, tidak tertuju kepada kepentingan yang sesaat dan ruang lingkupnya sempit (H.R. Ibnu Majah)
Misalnya : perkataan pangkat, jabatan, lulus ujian diganti kebaikan dunia, Perkataan uang, materi tertentu diganti dengan rezki yang luas, Perkataan badan langsing, kurus, kuat, dll diganti dengan kesehatan, Perkataan pintar, ilmu tinggi diganti dengan ilmu yang manfaat, Perkataan anak yang bergelar tinggi diganti dengan anak yang sa
Publish Postleh

l) Jangan mendoakan diri, keluarga, anak, harta, pelayan dengan doa yang buruk (H.R. Jabir)
m) Isi doanya dimulai dari mendoakan diri sendiri dulu, baru untuk yang lain (H.R. Tirmidzy)
n) Menyapu muka dengan kedua telapak tangan setelah selesai berdoa. Hadits-hadits tentang ini semuanya lemah. Namun Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa karena banyaknya hadits tersebut , maka derajatnya bisa hasan. Imam Nawawy berkata bahwa menyapu muka untuk dipakai sendiri dibolehkan (Al-Adzkar : 175). Wallahu A’lam.

Dua Kumpulan Yang Tidak Masuk Neraka


Dua Kumpulan Yang Tidak Masuk Neraka

Daripada Tsauban r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda; “Akan muncul dua kumpulan dari umatku yang kedua-duanya dipelihara Allah dari neraka; satu kumpulan yang memerangi Hind (India) dan satu kumpulan lagi yang akan bersama Nabi Isa a.s.“. (Riwayat Imam an-Nasai).

Peperangan melawan Hind telah berlaku pada tahun 92-97 hijrah, iaitu pada zaman pemerintahan al-Walid bin Abdul-Malik (salah seorang khalifah Bani Umawi) yang menghantar rombongan tentera Islam dipimpin oleh panglima yang merupakan cicit Rasulullah s.a.w. iaitu al-Qasim bin Muhammad as-Saqafi. Mereka telah berjaya menguasai wilayah India dari daerah Sind hingga Qanuj.

Dalam sebuah hadith riwayat Nasai disebut, peperangan dengan hind adalah jihad yang paling besar atau sebenar-benar jihad. Ini mungkin kerana di sana terdapat banyak penyembahan berhala, walaupun di sana juga ramai orang Islam.

Dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan; Rasulullah s.a.w. telah menjanjikan kepada kami akan berlaku peperangan membebaskan India. Jika aku sempat hidup pada zaman berlakunya peperangan tersebut, nescaya aku mengorbankan diri dan hartaku (untuk turut menyertainya) kerana jika aku terbunuh (dalam peperangan tersebut), aku adalah darisemua-mulia syahid dan jika aku pulang (yakni selamat), aku akan menjadi Abu Hurairah al-Muharrar (yakni Abu Hurairah yang dibebaskan dari neraka). (Riwayat Imam an-Nasai.)

Golongan kedua yang diselamatkan ialah mereka yang bersama Nabi Isa di akhir zaman nanti. Pada ketika itu Nabi Isa dikenali sebagai Muslim dan turun sebagai umat Nabi Muhammad s.a.w dan tidak lagi sebagai nabi. Nabi Isa a.s. pernah memohon kepada Allah s.w.t untuk menjadi umat Nabi Muhammad (setelah mendengar tentang kelebihan umat Muhammad). Allah s.w.t telah makbulkan permintaannya dan beliau diwafatkan iaitu ditamatkan perkhidmatannya sebagai seorang rasul dan diangkat ke langit. Beliau dilucutkan jawatan semasa masih hidup, ketika dikepung oleh kaumnya.

Ali-Imran [55] (Ingatlah) ketika Allah berfirman: Wahai isa! Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dengan sempurna dan akan mengangkatmu ke sisiKu…

Diakhir zaman, beliau akan turun sebagai umat Nabi Muhammad. Dari Abu Hurairah, r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sungguh baik keadaan kamu ketika Isa Ibn Mariam turun dalam kalangan kamu, lalu ia memimpin kamu.” Salah seorang rawi hadis ini (Ibn Abi Dzi’b) menerangkan dengan katanya: “Lalu ia memimpin kamu dengan menurut kitab Allah al-Qur’an dan Sunnah Nabi kamu”

Antara satu daripada 10 tanda kiamat yang besar ialah turunnya Isa bin Maryam alaihissalam. Diakhir zaman Nabi Isa akan membunuh Dajjal dengan lembing yang dibawanya dari langit.

Isa bin Maryam akan turun (pada akhir zaman ) dengan membenarkan syariat aku (Nabi Muhammad saw), baginda akan membunuh Dajjal. Dan sesungguhnya turunnya baginda adalah menjadi tanda dekatnya hari Qiamat. (Riwayat Ahmad)

Selepas 7 tahun Imam Mahdi memerintah, Nabi Isa pula akan memerintah di bumi dan menegakkan keadilan sampai wafatnya selama 40 tahun selepas berkahwin dan mendapat beberapa orang anak.

Rasulullah s.a.w, bersabda “Isa Ibnu Maryam akan turun memerintah selama 40 tahun dengan Kitabullah dan sunnahku kemudian baginda wafat. (Al-Muttaqi alHindi, al-Burhan fi ‘Alamat al-Mahdi Akhiruz zaman)

Nabi Isa a.s akan dikebumikan bersebelahan maqam Nabi s.a.w. (Sebelah maqam Rasulullah telah dikosongkan untuk Nabi Isa, penegak syariat Nabi Muhammad s.a.w di akhir zaman)

“ Telah tersurat di dalam kitab Taurat tentang sifat Nabi Muhammad saw dan Isa ibnu Maryam akan dikebumikan di samping baginda. ” (Riwayat Tirmizi)

Jangan Jadi Manusia yang Rugi Dunia dan Akhirat


Jangan Jadi Manusia yang Rugi Dunia dan Akhirat

Dan ada di antara manusia yang menyembah Allah dengan sikap dan pendirian yang tidak tetap, iaitu kalau dia beroleh kebaikan, senanglah hatinya dengan keadaan itu dan kalau pula dia ditimpa fitnah kesusahan, berbaliklah dia semula (kepada kekufurannya). (Dengan sikapnya itu) rugilah dia akan dunia dan akhirat, itulah kerugian yang terang nyata. (Hajj:11) Baca baki entri ini »

Gempa dan Huru-Hara Hari Kiamat

Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu! Sesungguhnya gempa hari kiamat itu suatu perkara yang amat besar. (Hajj:1) Baca baki entri ini »

Hulu Kapak Yang Menebang Pokok Ialah Dahan Pokok Itu Sendiri

Qaf [27] (Semasa dia dihumbankan ke dalam Neraka Jahanam, dia mendakwa bahawa Syaitanlah yang menjadikan dia sesat; pada saat itu) Syaitan yang sentiasa menyertainya (di dunia dahulu) berkata: Wahai Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi sememangnya dia sendiri berada di dalam kesesatanyang jauh terpesong.

Apabila Allah bertanya mengapa Syaitan menggoda manusia, mereka tidak mengaku mengoda. Sebaliknya Syaitan mengatakan bahawa mereka disesatkan oleh nafsu dalaman mereka sendiri. Seperti kata pepatah, hulu kapak yang menebang pokok lazimnya datangnya daripada dahan pokok itu sendiri.

Syaitan hanya mengambil peluang di atas nafsu yang tercetus seperti kucing yang menunggu tikus keluar dari lubangnya.Syaitan hanyalah faktor luaran dan tambahan sahaja.

Nafsu dijana melalui darah yang terhasil daripada makanan. Namun makanan yang dimakan oleh Rasulullah s.a.w tidak menjana nafsu yang buruk kerana makanan yang dimakannya olehnya turut berzikir.

Diriwayatkan oleh Abdullah: “Sesungguhnya kami mendengar makanan yang dimakan Rasulullah SAW mengagungkan nama Allah.” (Sahih Bukhari)

Semasa peristiwa Israk, juga Malaikat telah mengeluarkan jantung Nabi dan membersihkannya darah kotor daripada hati Baginda dan dimasukkan kembali sebelum Baginda di bawa ke langit. Hati yang bersih ini juga diberikan kepada para ahli syurga:

Al-Hijr [47] Dan Kami cabut akan apa yang ada di hati mereka dari perasaan hasad dengki sehingga menjadilah mereka bersaudara (dalam suasana kasih mesra), serta mereka duduk berhadap-hadapan di atas pelamin masing-masing.

Selain itu Rasulullah s.a.w. juga berjaya mengawal syaitan dalam diri Baginda. Menurut hadis Rasulullah tidak terkecuali semua orang itu ada mempunyai syaitan masing-masing. Tanya para sahabat, “sekalipun engkau wahai Rasulullah s.a.w.?” Sabdanya: Sekalipun aku sendiri, tetapi syaitan aku sudah Islam iaitu menurut arahanku (patuh dan taat di bawah kuasaku) dan tidak memerintah aku lagi.

Allah s.w.t. juga mengatakan bahawa “hambanya” tidak boleh disesatkan, (“Inna ibadi laisa laka alaihim sulthan”). Maka jadilah hamba Allah yang tunduk dan patuh kepada perintahnya dan menghindari larangannya. :

Israa [65] Sesungguhnya hamba-hambaKu (yang beriman dengan ikhlas), tiadalah engkau (hai iblis) mempunyai sebarang kuasa terhadap mereka (untuk menyesatkannya); cukuplah Tuhanmu (wahai Muhammad) menjadi Pelindung (bagi mereka).

Hijr [42] Sesungguhnya hamba-hambaKu, tidaklah ada bagimu sebarang kuasa untuk menyesatkan mereka, kecuali sesiapa yang menurutmu dari orang-orang yang sesat (dengan pilihannya sendiri).

Lazimkan Berada Di Masjid

Apabila fitnah berleluasa iaitu agama berada dalam keadaan huru hara, lazimkanlah duduk (berada) di dalam masjid. Di akhir zaman, apabila umat sudah rosak dan berlaku banyak fitnah iaitu agama berada dalam keadaan huru hara, lazimkanlah duduk di dalam masjid kerana syaitan tidak masuk dalam masjid (tidak banyak syaitan yang masuk berbanding di luar masjid). Lagipun dalam masjid banyak terdapat majlis ilmu dan peringatan.

Dalam satu hadith disebut, syaitan adalah merupakan serigala bagi manusia, seperti serigala yang menangkap kambing biri-biri yang terpencil dari kumpulannya. Begitu juga syaitan dengan manusia. Oleh itu hendaklah kamu sentiasa dengan kumpulan orang yang ramai, berjemaah dan menghadiri masjid dimana di situ terdapat nasihat-nasihat, tunjuk ajar tentang apa yang perlu dilakukan.( Masnad Imam Ahmad dari Mu’az bin Jabal – Jame’ Soghir 1/308 )

Rasulullah s.a.w. bersabda “Masjid adalah rumah setiap orang yang beriman.” (Riwayat Abu Nu’aim). Sesungguhnya masjid itu adalah rumah bagi setiap orang yang bertaqwa, dan sesiapa yang merasakan masjid itu adalah rumahnya, Allah menjaminnya mendapat rahmat dan ketenangan, serta melintasi titian sirat menuju keredhaan Allah di dalam Syurga” (Riwayat Tabrani).

Orang yang beriman (mukmin) berada dalam masjid ibarat ikan di dalam air, sedangkan orang yang munafik berada dalam masjid ibarat burung dalam sangkar (Hadith). Ikan di dalam air bebas berenang, burung dalam sangkar pula menunggu hendak keluar.

Berkata Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bertanya (kepada para sahabatnya) “Adakah kamu ingin tahu tentang sesuatu yang boleh menghapuskan dosa oleh Allah s.w.t. dan mengangkat darjat (kamu?) Maka mereka menjawab “Ya, wahai Rasulullah s.a.w.” Sabda Baginda, “Berwuduklah dengan cara bersungguh-sungguh ketika kesejukan, dan banyakkanlah langkah menuju ke masjid-masjid (untuk sembahyang), menanti sembahyang selepas sembahyang adalah jihad“.

Menunggu atau menanti satu sembahyang misalnya menunggu waktu Isyak setelah selesai mengerjakan fardu Maghrib atau keluar daripada masjid setelah selesai satu sembahyang tetapi kembali semula sebelum masuk waktu sembahyang yang berikutnya. Perbuatan menunggu satu sembahyang selepas satu sembahyang juga merupakan satu jihad. Jihad ini, adalah lebih mudah dan ringan untuk dilakukan jika dibandingkan dengan jihad peperangan. Namun begitu tidak ramai yang mampu untuk melakukannya kerana ia bercanggah dengan kehendak hawa nafsu. Nafsu lebih cenderung membawa seseorang untuk berada di luar masjid daripada menunggu di dalam masjid.

Masjid yang kita sembahyang dan beri khidmat akan menjadi tunggangan di hari Kiamat untuk meniti Sirat, yang perjalanannya 3,000 tahun meniti di bawah neraka.Di hari Kiamat juga masjid akan mendakwa mereka yang tidak pernah hadir untuk solat di masjid berdekatan rumah mereka.

Mereka yang terlambat dan tidak sempat mendapat jemaah, tetap mendapat pahalanya. Dalam sebuah hadith disebut, maksudnya: Berkata Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda, sesiapa yang telah berwuduk dengan cara yang baik, kemudian terus ia menuju (ke masjid) tetapi didapati orang ramai telah selesai dari bersembahyang (jemaah) Allah swt akan mengurniakan kepadanya pahala (solah jamaah) sama dengan mereka yang hadir berjemaah, dengan tidak mengurangkan sedikit pun pahala (solah) jemaah mereka.

Hargai dan Hormati Rezeki Yang Dikurniakan Allah

Atau siapa dia yang dapat memberi rezeki kepada kamu jika Allah swt menahan rezekiNya? (Tidak ada sesiapapun), bahkan mereka (yang musyrik itu) kekal terus dalam keadaan sombong angkuh serta melarikan diri (dari kebenaran). (Mulk:21)

Hanya Allah swt yang memberi rezeki kepada manusia. Jika dia menahannya, tiada siapa yang dapat memberikan rezeki kepada manusia.

Kadangkala manusia tidak menghargai dan menghormati rezeki yang diberikan kepadanya. Mereka memalingkan muka daripada rezeki atau makanan yang dihidangkan dihadapan mereka. Mereka bersikap seperti “lembu kenyang” yang tidak bersungguh untuk makan. Ini adalah sikap tidak menghormati tuan rumah yang telah menghidangkan makanan kepada tetamunya. Sepatutnya sebagai tetamu, mereka perlu makan bersungguh-sungguh apabila dihidangkan.

Dan apabila Kami kurniakan nikmat kepada manusia, berpalinglah dia serta menjauhkan diri (dari bersyukur) dan apabila dia ditimpa kesusahan, maka ia berdoa merayu dengan panjang lebar. (Fussilat: 51)

Rezeki juga mempunyai maruah dan perlu dihormati. Rasulullah saw sendiri apabila makan, Baginda akan makan sehingga licin pinggannya. Selain itu Rasulullah saw menyuruh kita mengutip makanan yang terjatuh:

Dari Jabir r.a., Sabda Rasulullah saw, “Apabila jatuh sebahagian (kecil) makanan seorang dari kamu, ambil dan buang bahagian yang terkena kotoran dan makanlah ia, dan jangan tinggalkan ia untuk syaitan, dan jangan dia menyapu tangannya dengan kain sehingga dia menjilat jarinya dahulu kerana dia tidak mengetahui pada makanannya, bahagian mana yang terdapat keberakartan” (HR Muslim)

Allah swt juga berkuasa menghilangkan air dari muka bumi ini dan tiada siapa yang dapat memberikan air kepada manusia selain Allah swt.

Katakanlah lagi: Bagaimana fikiran kamu, sekiranya air kamu hilang lenyap (di telan bumi), maka siapakah (selain Allah) yang dapat mendatangkan kepada kamu air yang sentiasa terpancar mengalir?. (Mulk:30)

Sunnah Memberi Makan Kepada Tetamu


Sunnah Memberi Makan Kepada Tetamu


Sunnah nabi s.a.w ialah memberi makan apa yang tetamu suka makan. (tanya dia dulu apa makanan kegemarannya) Beli atau masak makanan yang mereka makan. Walaupun tetamu itu musuh kita, layanlah dia sebaik mungkin kerana rezeki mereka tuhan telah letakkan dalam rumah kita. Allah mengampuni dosa ahli rumah yang melayan tetamunya dengan baik sekalipun dia adalah musuh yang sangat dibenci.

Jangan jadi seperti dalam cerita burung dan kura-kura. Satu hari burung mengajak kura-kura makan, lalu dihidangkan makanan dalam botol sedangkan kura-kura tidak boleh makan melalui botol. Lalu kura-kura pula membalas dendam dengan menghidangkan makanan dalam pinggan sedangkan burung tidak boleh makan di atas pinggan.

Tunggulah sehingga tetamu habis makan. Hendaklah tuan rumah tidak segera mengangkat tangan daripada makanan sebelum tetamunya benar-benar telah mengangkat tangan dari makanan tersebut (tidak mengambilnya lagi), dan sampai mereka benar-benar selesai makan.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi, sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Jikalau seseorang daripada kamu makan bersama-sama dengan orang ramai dan sudah berasa kenyang, maka janganlah kamu mengangkat tangan (berhenti dahulu), sehingga orang ramai sama berhenti (iaitu berhenti makan bersama-sama), ini kerana jika kamu berhenti dahulu sebelum orang lain, hal itu dapat memalukan kawanmu“.

Semakin banyak makanan yang dimakan oleh tetamu, semakin banyaklah pahala tuan rumah. Selain itu keikhlasan tuan rumah memberi makan juga menentukan banyaknya pahala yang diperolehi.